Hari: 28 Juni 2025

Pertanian Terhimpit: Lahan Sempit dan Iklim Ekstrem Jadi Kendala Utama

Sektor pertanian adalah tulang punggung kehidupan, menyediakan pangan bagi miliaran orang. Namun, di berbagai belahan dunia, pertanian menghadapi tantangan besar. Pertanian terhimpit oleh kendala-kendala struktural yang mengancam ketahanan pangan global.

Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah ketersediaan lahan. Populasi dunia terus bertambah, namun luas lahan pertanian produktif justru menyusut. Urbanisasi dan industrialisasi menggerus lahan subur, menjadikan pertanian terhimpit dalam pengembangan.

Selain itu, fragmentasi lahan juga menjadi persoalan serius. Petani sering kali hanya memiliki petak-petak kecil yang tersebar. Ini menghambat penerapan teknologi modern dan mekanisasi, membuat operasional menjadi kurang efisien dan mahal.

Perubahan iklim global memperparah kondisi. Iklim ekstrem, seperti kekeringan berkepanjangan atau banjir bandang, semakin sering terjadi. Fenomena ini merusak hasil panen, menyebabkan kerugian besar, dan membuat pertanian terhimpit dalam ketidakpastian.

Suhu yang tak menentu juga memengaruhi siklus tanam dan pertumbuhan tanaman. Beberapa komoditas pertanian menjadi rentan terhadap perubahan suhu ekstrem. Akibatnya, kualitas dan kuantitas produksi pertanian menurun drastis, memicu krisis pangan.

Hama dan penyakit tanaman juga semakin sulit dikendalikan akibat perubahan iklim. Pola penyebaran hama berubah, dan resistensi terhadap pestisida meningkat. Ini menambah beban bagi petani yang harus berjuang ekstra keras menjaga tanaman mereka.

Akses terbatas terhadap modal dan teknologi juga menjadi faktor penghambat. Banyak petani, terutama di negara berkembang, kesulitan mendapatkan pinjaman. Mereka juga kurang familiar dengan teknologi pertanian terbaru, membuat pertanian terhimpit dalam inovasi.

Kurangnya infrastruktur pendukung seperti irigasi yang memadai juga menjadi masalah. Sistem irigasi tradisional sering tidak mampu mengatasi kekeringan parah. Hal ini menyebabkan kegagalan panen yang berulang, memperburuk situasi petani.

Pola tanam monokultur yang dominan di beberapa wilayah juga meningkatkan risiko. Jika satu jenis tanaman gagal karena hama atau penyakit, seluruh hasil panen bisa hilang. Diversifikasi tanaman menjadi solusi penting untuk mengurangi risiko tersebut.

Regulasi pemerintah yang kurang mendukung atau tidak konsisten juga bisa mempersulit petani. Kebijakan impor yang longgar, misalnya, dapat menjatuhkan harga produk lokal. Ini melemahkan semangat petani untuk terus berproduksi.

Posted by admin in Pertanian