Hari: 6 September 2025

Air dan Tanah: Mengelola Sumber Daya di Pertanian Organik

Pengelolaan air dan tanah menjadi pilar utama dalam keberhasilan pertanian organik. Berbeda dengan metode konvensional yang sering kali mengabaikan dampak jangka panjang, pertanian organik berfokus pada keberlanjutan dan kesehatan ekosistem. Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa pengelolaan sumber daya ini sangat krusial dan bagaimana praktik-praktik organik dapat meningkatkan produktivitas sambil menjaga kelestarian lingkungan.

Di bidang pertanian, tanah adalah fondasi dari seluruh sistem. Pertanian organik memandang tanah sebagai ekosistem hidup yang perlu diberi makan dan dilindungi, bukan hanya media tanam. Petani organik menghindari penggunaan pupuk kimia sintetis yang dapat merusak struktur tanah dan membunuh mikroorganisme bermanfaat. Sebagai gantinya, mereka menggunakan pupuk organik seperti kompos, pupuk hijau, dan pupuk kandang. Praktik ini secara bertahap meningkatkan kandungan bahan organik di dalam tanah, menjadikannya lebih subur, gembur, dan mampu menahan air lebih baik. Berdasarkan laporan dari Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat per 12 April 2024, lahan pertanian yang telah beralih ke organik selama lima tahun menunjukkan peningkatan porositas tanah sebesar 20%.


Selain tanah, pengelolaan air juga menjadi tantangan besar. Pertanian organik menerapkan berbagai teknik irigasi yang efisien untuk menghemat air. Salah satu metode yang paling umum adalah irigasi tetes, di mana air dialirkan langsung ke akar tanaman, meminimalkan penguapan dan pemborosan. Petani organik juga memanfaatkan praktik penanaman tumpang sari (tanam lebih dari satu jenis tanaman dalam satu lahan) atau penanaman tanaman penutup tanah untuk mengurangi penguapan dari permukaan tanah. Dengan cara ini, mereka dapat memproduksi panen yang sama atau bahkan lebih baik dengan penggunaan air yang jauh lebih sedikit. Pada hari Selasa, 21 Mei 2024, seorang ahli hidrologi dari Universitas Indonesia, Bapak Dr. Dwi Santoso, dalam sebuah seminar lingkungan, menyatakan bahwa metode pertanian organik dapat menghemat penggunaan air irigasi hingga 50%.

Praktik-praktik ini tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga bagi petani itu sendiri. Dengan menjaga kesehatan air dan tanah, mereka mengurangi biaya operasional dalam jangka panjang, seperti pengeluaran untuk pupuk kimia dan air. Kualitas panen juga cenderung meningkat, karena tanaman mendapatkan nutrisi dari sumber alami yang lebih seimbang. Ketergantungan pada pupuk dan pestisida kimia yang harganya fluktuatif juga dapat dihindari, membuat bisnis pertanian menjadi lebih stabil dan berkelanjutan. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian setempat per 10 Juni 2024, petani yang telah mengelola air dan tanah secara organik selama tiga tahun mencatat rata-rata peningkatan keuntungan sebesar 15% setiap tahunnya.


Secara keseluruhan, pengelolaan sumber daya alam dalam pertanian organik adalah sebuah investasi untuk masa depan. Dengan memperlakukan tanah sebagai mitra dan air sebagai aset berharga, petani tidak hanya menghasilkan produk yang lebih sehat dan bernilai, tetapi juga turut serta dalam menjaga kelestarian bumi untuk generasi mendatang.

Posted by admin in Edukasi, Pertanian