Revolusi digital telah memasuki sektor pertanian, mengubah cara petani mengelola lahan mereka dari praktik umum (blanket application) menjadi pendekatan yang sangat terpersonalisasi. Konsep ini dikenal sebagai Pertanian Presisi, sebuah sistem manajemen pertanian yang memanfaatkan teknologi canggih seperti drone dan citra satelit untuk mengumpulkan data real-time tentang kondisi lahan, memungkinkan pemupukan dan pengendalian hama yang spesifik, efisien, dan ramah lingkungan. Pertanian Presisi adalah kunci untuk memaksimalkan hasil panen sambil meminimalkan biaya input dan dampak ekologis.
Inti dari Pertanian Presisi adalah kemampuannya untuk mengidentifikasi dan merespons variabilitas di dalam lahan. Dalam lahan pertanian konvensional, petani cenderung memberikan dosis pupuk atau pestisida yang sama di seluruh area, meskipun kondisi tanah, nutrisi, atau tingkat infeksi hama berbeda-beda. Pendekatan ini menyebabkan pemborosan di area yang sudah subur dan kekurangan nutrisi di area yang bermasalah. Untuk mengatasi ini, drone dilengkapi dengan kamera multispektral yang dapat menangkap citra di luar spektrum visual manusia. Citra ini menghasilkan indeks kesehatan tanaman, seperti Normalized Difference Vegetation Index (NDVI), yang secara visual menunjukkan area mana di lahan yang mengalami stres (misalnya, kekurangan nitrogen atau serangan hama).
Data yang dikumpulkan oleh drone atau citra satelit kemudian diolah menjadi peta aplikasi berkecepatan variabel (Variable Rate Application/VRA). Peta VRA ini, yang memiliki resolusi tinggi, menjadi panduan bagi traktor atau alat penyemprot otomatis. Misalnya, jika peta menunjukkan sebagian kecil lahan mengalami kekurangan Nitrogen, alat penyemprot otomatis hanya akan memberikan dosis pupuk Nitrogen yang tinggi di area tersebut, dan dosis yang lebih rendah di area yang sehat. Praktik ini secara dramatis mengurangi jumlah pupuk yang digunakan secara keseluruhan, yang berdampak langsung pada penghematan biaya operasional petani. Menurut data studi kasus yang dilakukan oleh Pusat Riset Teknologi Pertanian (PRTP) di Karawang pada 17 Agustus 2025, penerapan VRA pada pemupukan padi hibrida terbukti mampu mengurangi penggunaan pupuk Urea sebesar 20% tanpa mengurangi hasil panen.
Selain pemupukan, Pertanian Presisi merevolusi pengendalian hama. Ketika citra satelit mendeteksi anomali pada pertumbuhan tanaman yang mengindikasikan serangan hama atau penyakit, drone dapat diterbangkan untuk mengambil citra yang lebih dekat dan mengonfirmasi masalah tersebut. Kemudian, alih-alih menyemprotkan pestisida di seluruh lahan, drone penyemprot yang dilengkapi GPS dan peta VRA hanya menyasar lokasi spesifik yang terinfeksi. Pendekatan spot-spraying ini tidak hanya menghemat pestisida, tetapi juga mengurangi paparan bahan kimia terhadap lingkungan dan produk akhir panen. Misalnya, pada kasus serangan wereng coklat di salah satu sentra pertanian di Jawa Tengah pada 10 Maret 2025, Dinas Pertanian setempat menggunakan citra satelit Sentinel-2 untuk memantau penyebaran dan menginstruksikan penyemprotan pestisida yang ditargetkan hanya pada area yang menunjukkan indeks NDVI terendah. Dengan mengintegrasikan teknologi canggih ini, Pertanian Presisi memastikan bahwa setiap input di lahan diaplikasikan secara tepat, efisien, dan bertanggung jawab.
