Dampak Kemarau Panjang: Puluhan Hektar Sawah Rusak di Semarang

Musim kemarau yang berkepanjangan pada tahun 2025 ini telah membawa dampak serius bagi sektor pertanian di berbagai wilayah, termasuk Kabupaten Semarang. Dampak kemarau panjang ini terlihat jelas dari rusaknya puluhan hektar lahan persawahan, mengakibatkan kerugian signifikan bagi para petani. Kondisi ini menjadi peringatan keras akan urgensi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, terutama karena dampak kemarau panjang langsung mengancam ketahanan pangan lokal.

Data terbaru dari Dinas Pertanian, Perikanan, dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang per 10 Juni 2025 menunjukkan bahwa total 78 hektar lahan pertanian mengalami kerusakan akibat kekeringan. Dari jumlah tersebut, 32 hektar lahan padi bahkan mengalami puso atau gagal panen total, sementara 46 hektar lainnya rusak dengan tingkat keparahan bervariasi. Kepala Dispertanikap Kabupaten Semarang, Bapak Agung Prabowo, dalam keterangannya kepada pers pada hari Jumat, 13 Juni 2025, mengungkapkan keprihatinannya. “Ini adalah dampak kemarau panjang yang cukup parah tahun ini. Banyak petani yang merugi besar karena sawah mereka mengering.”

Kerusakan terparah teridentifikasi di beberapa kecamatan. Kecamatan Pabelan menjadi salah satu daerah terdampak paling parah, dengan sekitar 20 hektar lahan padi di Desa Semowo mengalami puso. Sementara itu, di Kecamatan Susukan, sekitar 16 hektar lahan pertanian juga mengalami kerusakan serupa. Penyebab utama kerusakan ini adalah minimnya pasokan air irigasi. Banyak saluran irigasi yang mengering atau debit airnya sangat rendah, sehingga tidak mampu mengairi sawah secara maksimal. Beberapa petani terpaksa mengandalkan sumur bor yang juga mulai mengering.

Pemerintah Kabupaten Semarang, bekerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), telah melakukan upaya darurat seperti penyaluran air bersih untuk kebutuhan minum dan pemanfaatan sumur dalam. Namun, untuk skala pertanian yang luas, solusi ini belum memadai. Pada tanggal 5 Juni 2025, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang telah mengajukan permohonan bantuan pompa air dan dukungan logistik kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk membantu petani di wilayah terdampak.

Kondisi ini menegaskan pentingnya strategi jangka panjang dalam menghadapi ancaman kekeringan di masa depan, seperti pembangunan embung, rehabilitasi jaringan irigasi, dan pengembangan varietas padi yang tahan kekeringan. Dengan demikian, meskipun dampak kemarau panjang terasa berat, ini menjadi momentum untuk memperkuat resiliensi sektor pertanian kita.